Kamis, 10 September 2009

KAJIAN HERMENEUTIKA PADA KUMPULAN KUJILAT MANIS EMPEDU KARYA D. ZAWAWI IMRON

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Intelektual D. zawawi Imron

D. Zawawi Imron yang sering disebut penyair celulit emas lahir di desa Batang-batang di ujung timur Pulau Madura. Beliau hanya mendapat pendidikan Sekolah Rakyat, kemudian melanjutkan ke Pesantren Salaf selama satu setengah tahun.

D.Zawawi Imron termasuk salah satu penyair Indonesia yang paling memukau dalam kesusustraan Indonesia dewasa ini. Kadang agak susah dalam menyelami sebagian sajak-sajak beliau, tetapi sebagian masyarakat begitu terseret gelombang baris-baris sajaknya.Sebagian sajak-sajaknya banya melukiskan alam dan lubuk jantung. Sajak Bulan Tertusuk Ilalang Zawawi (1982) memberi inspirasi sutradara Garin Nugroho dalam membuat film layar peraknya dengan judul Bulan Tertusuk Ilalang. Kumpulan sajaknya Nenek Moyangku Airmata (1985) mendapat hadiah sebagai bukumpuisi yang terbaik dari Yayasan Buku Utama. Tahun 1990 kumpulan sajaknya Celurit Emas dan Nenek Moyangku Airmata terpilih sebagai puisi terbaik oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Tahun 1995, sajaknya Dialog Bukit Kamboja keluar sebagai pemenang pertama dalam Sayembara Nasional Menulis Puisi 50 Tahun Kemerdekaan RI yang diadakan oleh salah satu stasiun swasta. Kumpulan sajaknya yang lain adalah Bantalku Ombak Selimutku (2000) dan Madura, Akulah Darahmu (1999). D. Zawawi Imron menjadi penulis kolom di beberapa media masa dan mejadi penyaji seminar masalah sastra, agama, dan kebudayaan. Selain itu, beliau jauga pernah mengajar di beberapa perguruan tinggi di Madura serta ikut menulis skenario Indonesia Masa Depan. Beliau juga sering menghadiri pembacaan puisi di berbagai Negara, antara lain di Singapura, Malaysia, dan Belanda.1

Penulis tertarik menganalisis kumpulan puisi Kujilat manis Empedu karya D, Zawawi Imron, Karena secara menyeluruh sajak yang berada dalam kumpulan puisi Kujilat Manis Empedu kaya akan metafora dan symbol. Penulis menunjukkan kepiawaiannya dalam memadupadankan simbol-simbol yang berjauhan sifat dan hakekatnya itu, selain itu puisi karya D. Zawawi Imron menimbulkan keingin tahuan para pembaca untuk meneliti sasak-sajak dalam kumpulan puisi “Kujilat Manis Empedu”.dengan menggunakan teori Hermeneutika Paul Ricoeur

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan bagaimana metafora dalam kumpulan sajak Kujilat Manis Empedu bagaimana memaknai simbol “Kasidah” dalam puisi Lagu Rahasiakarya D. Zawawi Imron, penelitian ini menggunakan teori secara hermeneutika Paul Ricoeur. Hermeneutika digunakan sebagai teori untuk mengungkap konsep “doa” yang terepresentasikan dalam kumpulan puisi Kujilat Manis Empedu.

1.3 Tujuan Penelitian

Pembacaan hermeneutik dalam kumpulan sajak Kujilat Manis Empedu ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami makna yang terkandung didalamnya. Dari penelitian ini diharapakan pembaca dapat lebih mudah untuk memahami dan menafsirkan sajak-sajak karya D. Zawawi Imron secara teori.

2. KAJIAN TEORI

2.1 Teori Hermeneutika Paul Ricoeur

Hemeneutika adalah teori tentang bekerjanya pemahaman dalam penafsiran teks (Ricoeur,1981: 43) dan Pamer (2003:8) menjelaskan bahwa dua focus dalam kajian hermeneuitika mencakup; (1) peristiwa pemahaman terhadap teks, (2) persoalan yang lebih mengarah mengenai pemahaman dan interprestasi. Hal ini memperliakan bahwa gagasan utama dalam hermenutika adalah pemahaman pada teks.

Ricour (1981: 146) menjelaskan bahwa teks adalah sebuah wacana yang dibakukan lewat bahasa. Apa yang dibakukan oleh tulisan adalah wacana yang diucapkan. Di sini, terlihat bahwa teks merupakan wacana yang disampaikan dengan tulisan. Jadi, teks sbagai wacana, yang dituliskan dalam hermeneutika Paul Ricour, berdiri secara otonom, bukan merupakan turunan dari bahasa lisan, seperi yang dipahami oleh struktualisme.2

2.2 Teori Simbol

Kata “simbol” yang berasal dari kata Yunani sumballo berarti “menghubungkan atau menggabungkan” . symbol merupakan suatu tanda, tetapi tidak setiap tanda adalah simbol. Simbol yang berstruktur polisemik adalah ekspresi yang mengkomunikasikan banyak arti. Bagi Ricoeur, yang menandai suatu tanda sebagai simbol adalah arti gandanya atau intensionalitas arti gandanya. Ricouer merumuskan bahwa setiap struktur pengertian adalah suatu arti langsung primer, harfiah, yang menunjukkan arti lain yang bersifat tidak langsung sekunder, figuratif yang tidak dapat dipahami selain lewat arti pertama (Poespoprodjo, 2004: 119).

Ricouer mendefinisikan simbol sebagai struktur penandaan yang di dalamnya ada sebuah makna langsung, pokok atau literer menunjuk kepada makna tambahan, makna lain yang tidak langsung, sekunder dan figuratif yang dapat dipahami hanya melalui yang pertama. Pembebasan ekspresi dengan sebuah makna ganda ini mengatakan dengan tepat wilayah hermeneutic (Bleicher, 20003: 376).3

2.3 Teori Metafora

Metafora kata Monroe, adalah “puisi dalam miniature”. Metafora menghubungkan mamakna harfiah dengan makan figuratif dalam karya sastra. Dalam hal ini, karya sastra merupakan karya wacana yang menyatukan makna eksplisit dan implisit. Dalam tradisi positivisme logis, perbedaan antara makna eksplisit dan implisit di berlakukan dalam perbedaan antara bahasa kognitif dan emotif, yang kemudian dialihkan menjadi perbedaan menjadi vocabuleri denotasi dan konotasi. Denotasi dianggap sebagai makna kognitif yan merupakan tatanan semantik, sedangkan konotasi adalah ekstra-semantik. Konotsi terdiri ataas seruan-seruan emotif yang terjadi serentak yang nilai kognitifnya dangkal. Dengan demikian arti figuratif suatu teks harus dilihat sebagai hilangnya makna kognitif apapun. Karya sastra dibuka oleh saling berpenngaruhnya makna-makna ini, yang memusatkan analisisnya pada desain verbal, yaitu karya wacana yang menghasilkan ambiguitas semantik yang mencirikan suatu karya sastra. Karya wacana inilah yang dapat dilihat dalam miniatur dalam metafora (Ricoeur, 1976: 43).4

3. ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

Untuk mencapai tingkat pemaknaan dalam perpuisian D. Zawawi Imron khususnya sajak “lagu rahasia” dalam kumpulan puisi “kujilat manis empedu” karya D. Zawawi Imron ini, penulis menganalisis symbol dan metafora yang terdapat di dalamnya. Berikut kajiannya:

3.1 Sajak Lagu Rahasia5

Lagu Rahasia

Kasidah itu dinyanyikan tanpa suara

Dalam sebuah konser sunyi

Tapi rumpun ilalang seperti mendengarnya

Buktinya gelagas- gelagas mensri

Sambil melambai bulan yang sedang menari

Kasidah itu aturannya

Tak boleh didengar telinga

Agar daun-daun rahasia

Semakin memancarkan peson

Kasidah itu tetap berirama, berarom

Meskipun gender, dan gendangnya tak kedengaran

Sapi-sapi karapan tiba-tiba menderu

Di atas padang beludru

Aku sendiri tak yakin

Tapi tak ragu

Bahwa bulan bsa bercermin

Pada air susu yang dialirkan sebuah lagu

3.2 Simbol Dalam Sajak “Lagu Rahasia”

Symbol “lagu rahasia” dalam sajak ini bukan sekedar suara yang dikeluarkan dengan sembunyi-sembunyi. Lagu rahasia disini, dimaksudkan pada doa yang dipanjatkan hamba kepada Tuhan-nya. Hal ini merupakan wujud orientasi cinta hamba terhadap Tuhannya Dalam jiwa spiritual yang dimiliki “aku-lirik” menyadari dan percaya akan kelebihan dari kasidah yang dikeluarkan di dalam hati (doa.).

Berikut pemaknaan menyeluruh terhadap symbol yang ada pada sajak “lagu rahasia” :

(1) Kasidah itu dinyanyikan tanpa suara

Dalam sebuah konser sunyi

Tapi rumpun ilalang seperti mendengarnya

Buktinya gelagas-gelagas menari

Sambil melambai bulan yang sedang sendiri

Symbol “kasidah” yang dinyanyilkan tanpa suara oleh aku lirik diasumsikan sebagai doa yang dipanjatkan kepada sang Kholik. Doa yang dipanjatkan kepada sang Kholik pada waktu tengah malam. Hal ini terlihat pada baris kedua dan ke empat. // dalam sebuah konser sunyi// sambil melambai bulan yang sedang sendiri// . yang menggambarkan keadaan malam. Karena malam itu sendiri biasanya ditandai dengan adanya bulan. Dan malam itu sendiri identik dengan keadaan yang sepi dan sunyi.

Makna keseluruhan dari bait di atas adalah aku-lirik mengasumsikan bahwa waktu yang tepat untuk bermunajat kepada sang Kholik yaitu pada waktu malam hari. Hal ini sesuai dengan Q.S : Al Muzzamil ayat 6:

sesungguhnya bangun diwaktu malam adalah lebih tepat dan bacaan di waktu malam lebih berkesan”

Maksud dari ayat diatas adalah waktu yang paling baik saat bermunajat kepada sang Kholik adalah pada saat tengah malam. Karena pada waktu siang hari manisia disibukkan dengan aktivitas-aktivitas.6

Bait diatas juga mempunyai pemaknaan yang sama dengan sajak “malam” karya D. Zawawi Imron,pada bait:

Selembar dawai kupanjat

Baru beberapa saat kaki kuangkat

Ada saran lembut untukku

Agar aku mengucap

Terima kasih kepada gelap

Symbol “selembar dawai” yang dipanjat aku-lirik diasumsikan sebagai doa yang dipanjatkan. Hal ini juga yang terdapat pada sajak “lagu rahasia” karya D. Zawawi Imron. //kasidah itu dinyanyikan tanpa suara//. Kasidah dalam sajak lagu rahasia diasumsikan sebagai doa yang dipanjatkan.7

Pada sajak “malam” juga mmenggambarkan bahwa bermunajat yang baik adalah pada waktu malam hari, karena aku-lirik meraskan ketenangan dan ketentraman yang diperoleh aku-lirik saat bermunajat pada malam hari.

(2) Kasidah itu aturannya

Tak boleh didengar telinga

Agar daun-daun rahasia

Semakin memancarkan pesona

Bait diatas menjelaskan bagaimana berdoa yang paling baik, doa yang paling baik yaitu berdoa dimana orang lain tidak mengetahui dan doa yang dipanjatkan didalam hati akan terasa lebih khusuk, sehingga doa yang dipanjatkan manusia “aku-lirik” akan didengar oleh Sang Kholik. Hal ini tercermin dari sifat Sang Kholik sendiri, yaitu al-Bathin (misteri) merupakan salah satu nama Allah yang baik (99 Asmaul Husna). Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’anul Karim;

"Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi". (QS. Thaaka:7)

Maksud dari ayat diatas yaitu dalam berdoa tidak perlu mengeraskan suara, karena Allah SWT mendengar semua doa yang dipanjatkan umatnya, walaupun dengan suara rendah dan di dalam hati.8

(3) Kasidah itu tetap berirama, beraroma

Meskipun gender dan genderangnya tak kedengaran

Sapi-sapi kerapan tiba-tiba menderu

Diatas padang beludru

Bait diatas masih meneruskan penjelasan terhadap bait sebelumnya. Bahwa doa yang tulus ikhlas akan didengar oleh Sang Kholik. Walaupun doa-doa tersebut tidak dapat didengar oleh orang lain, tetapi Allah SWT mendengar doa-doa yang dipanjatkan oleh umatnya. Pada bait ke tiga, pada baris ketiga dan keempat, merupakan penjelas baris sebelumnya.

(4) Aku sendiri tak yakin

Tapi tak ragu

Bahwa bulan bisa bercermin

Pada air susu yang dialirkan pada sebuah lagu

Pada bait terakhir ini, aku-lirik merasa tidak yakin doanya akan terkabul. Tetapi aku-lirik kemudian sadar dan percaya, bahwa doa yang dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh akan didengar oleh Sang Pencipta dan dengan doa yang dilakukan dengan keikhlasan akan memberikan kebaikan dan berkah dari Sang Pencipta. “aku-lirik” sadar dan percaya Allah SWT tidak akan membiarkan umatNya mengalami kesusahan yang berkepanjangan. Allah SWT akan menolong setiap umat yang meminta bantuan kepadaNya : Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’anul Karim :

Allah tidak akan menghampakan permohonan dan permintaan hamba-Nya lebih-lebih lagi yang beriman dan beramal soleh kerana Allah sangat dekat kepada setiap hamba-hamba-Nya. "Berdoalah kepada Tuhan kamu dengan merendah diri dan (dengan suara) perlahan. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas”.(Q.S Al-A’raf : 55) 9

3.2 Metafora Dalam Sajak “ Lagu Rahasia”

Judul sajak “lagu rahasia” menyiratkan suatu arti tentang suatu nyanyian yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Kata “lagu” berhubungan dengan suara yang dikeluarkan oleh seseorang. Lagu berarti “nyanyian” yaitu ragam suara yang berirama dalam berbicara, sedangkan kata “rahasia” berhubungan dengan sesuatu hal yang disembunyikan (tidak secara terang-terangan ) agar orang lain tidak dapat mengetahui. Judul “ lagu rahasia” tidak hanya menyiratkan tentang nyanyian yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Tetapi, judul diatas menyiratkan tentang nyanyian yang dikeluarkan dari dalam hati yaitu doa yang dipanjatkan kepada Sang Kholik.

1) Kasidah itu, dinyanyikan tanpa suara

Dalam sebuah konser sunyi

Tapi rumpun ilalang seperti mendengarnya

Buktinya gelagas-gelagas menari

Sambil melambai bulan yang sedang sendiri

Bait pertama di atas menggambarkan nyanyian yang dipanjatkan kepada Sang Kholik, yaitu doa. Yang diucapkan di dalam hati. Metafora- penyataan (statement-metaphor) muncul proposisi pada bait pertama, baris pertama: “Kasidah itu, dinyanyikan tanpa suara”, disebut metafora –pernyataan (statement-metaphor) karena komposisinya sudah mempunyai syarat sebagai komposisi, yaitu minimal dibangun atas unsur subjek sebagai identifikasi-tunggal (identifikasi-singuler) “kasidah itu”, unsur predikasi-umum (identifikasi-universal) “dinyanyikan”, sedangkan “ dalam sebuah konser sunyi “ merupakan atribusi-keterangan keadaan.

“Kasidah itu, dinyanyikan tanpa suara” menggabungkan dua dunia yang berbeda (defference) yang absurditas dalam keserupaan(resemblance). “kasidah” merupakan nyanyian yang harus dikeluarkan dengan suara yang keras. Sedangkan “tanpa suara” berarti tidak berbunyi,sunyi, hening. Tidak mungkin apabila nyanyian dikeluarkan tanpa suara, aturannya nyanyian harus dikeluarkan secara lantang agar didengar oleh orang banyak dan orang dapat menikmati suara merdu yang dikeluarkannya. Keabsurditasan kalimat-metaforis “kasidah itu, dinyanyikan tanpa suara” menyiratkan sebuah nyanyian yang dikeluarkan dari dalam hati dengan didukung oleh suasana yang sunyi, sepi agar tidak didengar oleh orang banyak. Maksud dari nyanyian itu adalah doa yang dipanjatkan pada waktu malam hari.

2) Kasidah itu aturannya

Tak boleh didengar telinga

Agar daun-daun rahasia

Semakin memancarkan pesona

Pada bait diatas terdapat metafora-kata (word-metaphor), yaitu pada baris pertama “kasidah itu aturannya” sebagai figurasi ornamental, yang oleh Recouer disebut juga dengan metafora mati atau metafora inventif (Recouer,1976 ;43), yaitu metafora yang tidak menciptakan perluasan makna tambahan (surplus meanin). “Tak boleh didengar telinga” berfungsi sebagai atribusi-keterangan penjelas. Sedangkan baris berikutnya, yaitu pada baris ketiga dan keempat merupakan penjelas baris sebelumnya.,

pada bait kedua menjelaskan bagaimana cara berdoa yang paling baik. yaitu berdoa dimana orang lain tidak mengetahui apa yang akan dipanjatkan, dilakukan di dalam hati , berdoa dengan khusuk dan penuh keikhlasan. Walaupun oaring lain tidak mengetahui dan tidak mendengarkan doa yang dipanjatkan, terapi Sang Khalik mendengarkan semua doa yang dipanjatkan oleh hambaNya dan mengetahui siapa saja yang membutuhkan bantuanNya. Karena Allah SWt tidak akan membiarkan hambaNya mendapatkan kesulitan. Ketentuan berdoa yang paling baik juga dijelaskan dalam Al-Qur’an.

3) Kasidah itu tetap berirama, beraroma

Meskipun gender dan gendangnya tak kedengaran

Sapi-sapi kerapan tiba-tiba menderu

Diatas padang beludru

Pada bait ke tiga diatas terdapat metafora-pernyataan ( statement-metaphor) , yaitu pada baris pertama “kasidah itu berirama, beraroma”. “kasidah itu” merupakan unsure subjek sebagai identifikasi –tunggal (identifikasi-singuler), “ tetap berirama,beraroma” merupakan unsur pridikasi-umum (identifikasi-universal). Sedangkan “meskipun gender dan gendangnya tak kedengaran” merupakan atribusi-keterangan penjelas.

Metafora- pernyataan (statement-metaphor) juga terdapat pada baris ketiga “ sapi-sapi kerapan tiba-tiba menderu”. Unsure subjek sebagai identifikasi-tunggal (identifikasi-singuler) yaitu pada “sapi-sapi kerapan”, “tiba-tiba menderu” merupakan unsure predikasi-umum (identifikasi-universal),sebagai predikasi meN-deru. Sedangkan “diatas padang beludru” merupakan atribusi-keterangan tempat.

4) Aku sendiri tak yakin

Tapi tak ragu

Bahwa bulan bisa bercermin

Pada air susu yang dialirkan sebuah lagu.

Pada bait terakhir sajak “lagu Rahasia” terdapat adanya metafora-pernyataan (statement-metaphor), yaitu pada baris ke tiga : “bahwa bulan bisa bercermin”, “bulan” merupakan subjek sebagai identifikasi-tunggal (identifikasi-singuler). “Bercermin” merupakan predikasi-umum ( predikasi universal). Pada baris selanjutnya “pada air susu yang dialirkan sebuah lagu” merupakan atribusi-keterangan keadaan.

3.3 Konsep Orientasi Cinta dalam sajak “Lagu Rahasia”

Dalam kehidupan, manusia tidaklah bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Hal ini ada sebuah perwujudan sesama manusia saling membutuhkan. Tidak hanya dengan sesama manusia, seseorang dalam menjalani kehidupan juga membutuhkan pertolongan dari Yang Maha Kuasa.

Konsep orientasi cinta Allah pada sajak “Lagu Rahasia” berangkat dari kesadaran “aku-lirik” sebagai hamba Allah yang selalu membutuhkan setiap pertolongan-Nya. Kasidah yang dinyanyikan merupakan doa. Konsep doa lahir pada bait pertama dalam pemikiran islam, doa adalah perkataan. Doa banyak terdapat dalam al-Quran dalam berbagai pengertian. Doa merupakan satu ibadah. Firman Allah :

"Dan janganlah kamu berdoa kepada selain Allah, iaitu kepada sesuatu yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepada engkau dan tidak kuasa pula mendatangkan mudarat kepada engkau". (Q.S Yunus :106 ). 10 Doa yang dipanjatkan “aku-lirik” kepada Sang Pencipta untuk mendapatkan ketenangan dan kemudahan dalam menghadapi hidup.. Hal ini merupakan wujud Orientasi cinta hamba kepada Tuhannya.

Tidak hanya wujud orientasi cinta hamba kepada Tuhannya, dalam sajak “lagu Rahasia” juga terkandung wujud orientasi cinta Allah SWT kepada hambanya. Cinta sendiri pada hakikatnya merupakan refleksi dari dari disiplin keimanan dan kasih saying yang terpuji, bukan sayang yang tercela yang menjerumuskan ke jalan yang tidak diridhoi Allah SWT.. Dalam sajak “ Lagu Rahasia” terkandung pengertian bahwa Allah SWT akan mendengarkan doa-doa yang dipanjatkan dengan penuh keikhlasan dan kekusyukan oleh hamba-Nya. Kesadaran trandersental “aku-lirik” dalam sajak “Lagu Rahasia” dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa yaitu : sebagai makhluk yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa, maka harus berserah diri kepada Allah SWT, mematuhi perintah-Nya, dan selalu percaya kepada-Nya. Hal ini berdasarkan firman Allah : "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): Sesungguhnya Aku sentiasa hampir (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka menyahut seruanKu (dengan mematuhi perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu supaya mereka menjadi baik serta betul”.( surah al-Baqarah: 186) 11

4. KESIMPULAN

Penelitian ini menggunakan perspektif hermeneutika Ricoeur. Makna “Kasidah” pada sajak “Lagu Rahasia” dalam kumpulan puisi “Kujilat Manis Empedu” karya D. Zawawi Imron, merepresentasikan makna sebagai “doa”. Makna doa ini dibangun atas wacana yang ada dalam empat bait dalam sajak. Menurut arti sebenarnya kasidah merupakan suara berirama yang dikeluarkan oleh seseorang. Karena dalam sajak”Lagu Rahasia” mengacu pada permohonan sacral yang dilakukan aku-lirik kepada Tuhan-nya, maka kasidah merujuk pada arti simbol sebagai “doa”. Simbol “kasidah” sendiri mempunyai kandungan yang kaya akan orientasi cinta.

Dalam pengartian isi sajak, peran bait melalui baris-baris kata merupakan kunci pokok yang memunculkan anggapan bahwa “Aku-lirik” selalu bermunajat dalam menghadapi masalah. Jadi makna “Kasidah” adalah berpalingnya seseorang dengan tulus ikhlas kepada Allah, dan memohon pertolongan dari-Nya, Yang Mahakuasa, Maha Pengasih dan Penyayang, dengan kesadaran bahwa dirinya adalah wujud yang memiliki ketergantungan.

Pada kenyataannya kasidah merupakan suara yang berirama yang dikeluarkan oleh manusia dan dikeluarkan dengan suara yang lantang agar didengar oleh orang banyak. Tetapi disini, kasidah dipanjatkan hanya didalam hati, hal ini merupakan wujud dari doa..

Maka kesadaran “Aku-lirik” sebagai hamba Allah mengungkapkan bahwa dirinya adalag makhluk biasa yang selalu membetuhkan pertolongan dari Sang Pencipta. “Aku-lirik” menyadari bahwa dia bisa hidup karena Allah SWT., maka dari itu Aku-lirik bernunajat, berserah diri pada Sang Pencipta dengan cara menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya karena Allah SWT. Dan selalu percaya bahwa Allah SWT selalu menolong hambaNya yang sedang mengalami musibah. Selain berserah diri dengan Sang Pencipta Aku-Lirik juga berusaha agar apa yang menjadi tujuannya akan tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Abdilah, Pius dan Danu Prasetya. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Arkola

Departemen Agama RI. 1997. Al-Qur’an dan Terjemahannya Jus 1-30. Surabaya : U.D Mekar

Zawawi, Imron. D. 2003. Kujilat Manis Empedu. Yogyakarta : Grama Media

Kurniawan, Heru. 2009. Mistisisme Cahaya. Yogyakarta : Gralindo Literatur Media

WEBSITE

http://id.wikipedia.org/wiki/etimologi-metafora

http://id. Wikimedia. org/wiki/etimologi-symbol

http://id.wikipedia.org/wiki/etimologi-hermeneutika

ENDNOTE

1. D. Zawawi Imron. Kujilat Manis Empedu. (Yogyakarta : Grama Media, 2003). Lihat tentang pengarang pada hal.227-228.

2. Heru Kurniawan. Mistisisme Cahaya. (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009). Lihat Konsep Interpretasi Paul Ricouer pada hal 18-22.

3. Heru Kurniawan. Mistisisme Cahaya. (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009). Lihat Teori Metafora pada hal 22-26.

4. Heru Kurniawan. Mistisisme Cahaya. (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009). Lihat Teori Simbol pada hal 26-30.

5. D. Zawawi Imron. Kujilat Manis Empedu. (Yogyakarta : Grama Media, 2003). Lihat sajak “Lagu Rahasia” hal 65.

6. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya Jus 1-30. (Surabaya : U.D Mekar, 1997). Lihat (Q.S : Al Muzzamil ayat 6).

7. D. Zawawi Imron. Kujilat Manis Empedu. (Yogyakarta : Grama Media, 2003). Lihat sajak “Malam” hal 187.

8. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya Jus 1-30. (Surabaya : U.D Mekar,1997). Lihat (QS. Thaaka:7).

9. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya Jus 1-30. (Surabaya : U.D Mekar, 1997). Lihat (Q.S Al-A’raf : 55).

10. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya Jus 1-30. (Surabaya : U.D Mekar,1997). Lihat (Q.S Yunus :106 ).

11. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya Jus 1-30. (Surabaya : U.D Mekar, 1997). Lihat ( surah al-Baqarah: 186).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar