Kamis, 10 September 2009

JENDERAL SUDIRMAN ADALAH TOKOH MUHAMADIYAH

Dari rahim Muhammadiyah akhirnya lahir tokoh-tokoh besar yang berkontribusi dalam proses kemerdekaan Indonesia, ambillah contoh Jendral Sudirman. Jendral Sudirman adalah kader Muhammadiyah yang dididik melalui kepanduan Hizbul Wathan, yang menjadi Panglima Besar dalam peperangan melawan Belanda. Ki Bagus Hadi Kusumo, salah satu anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada waktu itu sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah. Dan masih banyak tokoh Muhammadiyah yang juga tidak kalah kontribusinya dalam menentukan arah bangsa.

Kontribusi Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa tidak berhenti sampai pada masa kemerdekaan, namun dengan segala potensinya Muhammadiyah turut memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi juga budaya. Sehingga sampai saat ini Muhammadiyah telah banyak memiliki lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, rumah singgah, dan amal usaha lainnya.

Ideologi Muhammadiyah

Haedar Nashir mengatakan Muhammadiyah sebagai organisasi (persyarikatan) dan gerakan memerlukan perekat yang kuat yang dengannya mampu mempertahankan nilai-nilai gerakan, sejarah gerakan, ikatan gerakan dan kesinambungan gerakan dalam melaksanakan usaha-usaha dan mencapai tujuannya, dari situlah pentingnya ideologi. Ideologi dapat berfungsi sebagai berikut: pertama, ideologi dapat memberikan arah dan penjelasan mengenai sistem paham kehidupan dan keagamaan. Kedua, dengan ideologi Muhammadiyah dapat mengikat solidaritas kolektif, dalam bahasa yang lebih taktis berfungsi mempertahankan ikatan ke dalam dan menghadapi tantangan/ancaman dari luar. Ketiga, dengan ideologi Muhammadiyah dapat membentuk karakter orang-orang Muhammadiyah. Keempat, melalui ideologi Muhammadiyah padat menyusun strategi dan langkah-langkah perjuangan. Kelima, dengan ideologi maka Muhammadiyah dapat mengorganisasikan dan memobilisasi anggota, kader dan pimpinannya dalam satu sistem gerakan sehingga tidak berjalan sendiri-sendiri, sehingga dapat lebih kokoh dalam berjuang.

Ideologi Muhammadiyah tidak hanya semata-mata sistem paham keagamaan dalam pandangan Muhammadiyah, namun berisi tentang tujuan dan orientasi gerakan, selain itu yang tidak kalah penting adalah sistem gerakan Muhammadiyah. Sistem gerakan yang dengannya dapat dicapai tujuan dan cita-cita perjuangan Muhammadiyah. Tidak mungkin mencapai tujuan dan melakukan usaha-usaha Muhammadiyah tanpa sistem gerakan Muhammadiyah, apalagi meminjam sistem orang lain atau menitipkan pada orang lain. Sehingga tidak dapat mengatakan ideologi Muhammadiyah sekedar paham agama, yang dengannya orang dengan gampangnya mengatakan Muhammadiyah-kan “bukan agama”, walaupun benar Muhammadiyah hadir bukan sebagai agama. Sebagai sebuah bentuk gerakan yang sangat besar dan mapan Muhammadiyah menjadi semacam ‘makanan’ empuk bagi kepentingan-kepentingan lain yang memang akan selalu bersinggungan, karena itulah memaknai ideologi Muhammadiyah bukan sekedar pandangan atau paradigma fikir, namun lebih dari itu memuat sistematisasi gerakan yang membutuhkan jiwa militan dalam berjuang didalamnya.

Secara tekstual Muhammadiyah mengenal ideologi dalam bahasa lain yaitu Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCH) yang berisi tentang: Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Pandangan agama Islam menurut Muhammadiyah, bidang garapan Muhammadiyah (aqidah, akhlak, ibadah dan muamalah duniawiyah) dan “komitmen ke-Indonesiaan Muhammadiyah” yakni bagaimana mengusahakan negara yang adil makmur dan diridhai Allah (Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur).

Ideologi yang dipahami Muhammadiyah bukan bentuk ideologi totaliter yang akhirnya cenderung tertutup bahkan menutup diri, apalagi hari ini sering disebut sebagai era ‘matinya’ ideologi (the end of ideology), namun dinamika ideologi dalam persyarikatan senantiasa berkembang tanpa meninggalkan batas komitmen ke-Muhammadiyahan, dalam bahasa lain orang menyebutnya militansi. Hubungan ideologi dan militansi ber-Muhammadiyah sangat kental dan tidak terpisahkan. Militansi sebagai bentuk “ketangguhan dalam berjuang” dapat dikatakan sebagai satu pra-syarat dalam perjuangan Muhammadiyah, untuk itu lagi-lagi mengutip Haedar Nashir dalam hal membangun Militansi ber-Muhammadiyah, yakni sebagai berikut:
- Kesungguhan dalam Berjuang
- Tidak Menduakan Muhammadiyah
- Bukan Menjadikan Muhammadiyah sebagai Batu Loncatan
- Memajukan Gerakan Muhammadiyah

Identitas Gerakan Muhammadiyah

Dalam dinamika pergerakan dan perjuanganya Muhammadiyah menegaskan diri dengan tiga identitas gerakan yaitu sebagai berikut:

Muhammadiyah sebagai Gerakan IslamØ
Tidak dapat dipungkiri Muhammadiyah lahir atas ‘pembacaan’ kreatif atas pesan suci dalam Al-Qur’an oleh pendirinya. Namun dalam memahami Islam, Muhammadiyah tidak memahaminya dalam bentuk yang formalistis, namun Islam yang dipahami Muhammadiyah adalah Islam yang Integral dan tidak mempersempitnya, sebagaimana akhir-akhir ini sedang marak terjadi. Bagaimana Muhammadiyah menempatkan akal sebagai ‘pisau’ bedah ajaran-ajaran Islam untuk diaplikasikan dalam dataran praksis, cukup menunjukkan bagaimana pandangan Muhammadiyah secara umum.
Konteks keber-Islaman orang Muhammadiyah tidak hanya berkutat pada ranah ibadah mahdhah, namun merambah pada bagaimana dengan Islam ini dapat terbentuk masyarakat yang adil dan makmur, disinilah tujuan Muhammadiyah yaitu mengusahakan terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Masyarakat Islam yang sebenarnya bukanlah ketika seluruh rakyat Indonesia atau umat manusia ini beragama Islam, namun Islam dalam bentuk yang membumi atau sering disebut sebagai ‘rahmatan lil alamin’. Kesalehan dalam ranah ritual dan sosial dalam pandangan Muhammadiyah bukanlah hal yang perlu untuk dipilih mana yang lebih tinggi, namun dua hal tersebut dipandang sebagai dua sisi sebuah kesalehan.

Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Amar Ma’rufØ Nahi Munkar

Dakwah secara etimologis berarti ajakan, seruan atau himbauan, namun secara termonologis H.A. Rosyad Sholeh memberikan gambaran bahwa Dakwah adalah proses aktifitas merubah suatu kondisi kepada kondisi lain yang lebih baik, atau dari suatu kondisi yang sudah baik kepada kondisi yang lebih baik lagi, yang dilakukan dengan sadar, sengaja dan berencana, sehingga kegiatan dakwah bersifat multidimensional, dan mencakup sendi-sendi kehidupan bermasyarakat yang luas. Selain hal tersebut, yang juga perlu dicatat adalah dalam usaha ber-Dakwah maka diperlukan bentuk manajerial yang rapi dan terorganisir, maka dari situlah diperlukan pelembagaan, ayat yang sering disebut-sebut adalah QS. Ali Imran : 104 “ ...harus ada diantara kamu sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Mereka inilah yang sesungguhnya beruntung”. Ayat inilah yang menjadi selain menjadi landasan berdirinya Muhammadiyah juga sebagai identitasnya yaitu Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Dua pointer tersebut juga kemudian memunculkan metodologi dalam berdakwah dengan menggerakkan dan mendirikan amal usaha. Dakwah dalam dataran individu bertujuan untuk membangun kesadaran dalam beragama, dan dalam level sosial maka dakwah berkonsentrasi pada perbaikan kehidupan sosial bermasyarakat, dengan berbagai aksi riil.

Muhammadiyah sebagai Gerakan TajdidØ

Muhammadiyah sebagaimana diketahui adalah pelopor pembaharuan, baik dalam kehidupan beragama juga dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga gerakan Tajdid (pembaharuan) sejak dari awal sudah menjadi identitas walaupun tidak secara eksplisit dikatakan demikian. Muhammadiyah selalu terbuka terhadap kemajuan namun juga memberikan perhatian yang sama dalam hal pemurnian ajaran keagamaan. Rasionalitas yang pada masa awal Muhammadiyah digunakan sebagai senjata dalam ‘membongkar’ praktik keagamaan umat Islam pada waktu itu yang cenderung bersifat ‘mistis’. Namun Rasionalitas juga yang pada masa awal menjadi alasan untuk terbuka terhadap metodologi-metodologi baru bahkan pemikiran-pemikiran yang baru dan fenomenal pada masanya. Sehingga Muhammadiyah sering juga disebut sebagai Islam Modernis atau Islam Reformis, karena Muhammadiyah berani membuka kembali pintu ‘ijtihad’ yang lama tertutup rapat (dalam penjelasan MKCH).

Akhirnya sampai hari ini Tajdid tetap menjadi icon gerakan Muhammadiyah dalam hal pemurnian dan pembaharuan. Apalagi Islam ditantang untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan umat kekinian yang membutuhkan peran akal dalam memeras daya kreatif seorang insan, maka dengan Tajdid diharapkan Islam lebih membumi lagi. Lebih jelas lagi Muhammadiyah menganggap bahwa Tajdid merupakan salah satu watak dari Ajaran Islam.

Disamping itu Munir Mulkhan berpendapat Muhammadiyah memiliki 5 prinsip dalam bergerak yaitu (1) gerakan Islam; (2) gerakan Sosial; (3) gerakan Dakwah; (4) gerakan Tajdid; (5) gerakan Ilmu.

Sekilas Logika Struktur Muhammadiyah

Muhammadiyah secara sederhana memiliki Amal Usaha dan Organisasi Otonom sebagai ujung tombak perjuangan. Secara historis pada saat Muhammadiyah masih ‘kecil’ maka yang ada hanyalah amal usaha dan lembaga-lembaga strategis. Pada saat Muhammadiyah besar kebutuhan dan pengembangan organisasi meniscayakan berdirinya Organisasi Otonom (ortom).

Amal Usaha Muhammadiyah berorientasi pada usaha-usaha untuk mencapai tujuan Muhammadiyah dimana terdapat 2 bentuk, pertama, bentuk amal usaha yang sementara yang menangani masalah khusus atau segala usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah, contohnya: Penolong Haji (pada waktu Muhammadiyah generasi awal), Penanganan Bencana, dll. Kedua, bentuk amal usaha yang permanen dan menangani tujuan jangka panjang, seperti: lambaga pendidikan (TK, Sekolah, Perguruan Tingi), kesehatan (Rumah Sakit PKU), sosial (Panti Asuhan), ekonomi (Bank), keagamaan (Masjid dan Pesantren), dll.

Organisasi Otonom adalah organisasi yang berada di bawah Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah. Tujuan didirikannya Ortom adalah sebagai upaya Muhammadiyah dalam mempersiapkan penerus pejuangan Muhammadiyah dalam masa yang akan datang, selain sebagai upaya Muhammadiyah dalam ranah gerak sesuai ortomnya masing-masing. Ortom Muhammdiyah ada 2 kategori yaitu Ortom Khusus dan Ortom Umum, yang khusus adalah Aisyiyah sedangkan yang umum adalah Hizbul Wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Remaja Muhammadiyah, Nasyi’atul Aisyiyah dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Ortom yang umum sering disebut dengan Angkatan Muda Muhammadiyah, yang perlu diingat PANCA FUNGSI ANGKATAN MUDA MUHAMMADIYAH yaitu: pewaris, penerus, pelopor dan penyempurna cita-cita dan amal usaha Muhammadiyah.

1 komentar:

  1. Ide, gagasan, semangat sudah banyak Mas.... tapi menjadikannya action nyata secara integratif dengan langkah gerakan..... belum kelihatan (sama sekali)

    BalasHapus